“Kalau saya baca buku atau artikel berbahasa Inggris, saya pakai kamus Inggris–Inggris kalau ketemu kata yang nggak paham — bukan kamus Inggris–Indonesia — lalu saya catat kata itu.”
Jujur, pertama dengar saya kaget. Saya mahasiswa Hubungan Internasional yang makan bahan bacaan ilmiah berbahasa Inggris tiap hari — rasanya mustahil kalau harus buka kamus Inggris–Inggris terus. Waktu itu solusi saya simpel: saya baca, lalu ringkas tiap kalimat pakai kata-kata yang sudah saya tahu.
Nah, contoh nyata yang bikin sadar kenapa cara dosen itu berguna: kata impetus. Kalau cuma nge-Google Translate, hasilnya “dorongan”. Oke, tapi “dorongan” apa? Dorongan ekonomi? Dorongan emosi? Dorongan bayi? Makna itu terlalu umum dan malah bikin bingung.Saya coba lihat sinonim dan penjelasan dalam kamus Inggris—ternyata impetus di konteks teori politik atau sejarah sering berarti “motivasi” atau “inspirasi” yang muncul akibat suatu peristiwa besar. Jadi kalimat “the impetus of realism came from World War I and II” sebenarnya lebih pas dibaca sebagai: realisme mendapat motivasi/ilahinya dari tragedi Perang Dunia I dan II — bukan sekadar “mendapat dorongan” yang samar.
Kelebihan cara ini: kamu bukan cuma tahu terjemahan harfiah, tapi paham nuansa kata dalam konteks. Google Translate praktis dan cepat, tapi kadang gagal menangkap konteks paragraf atau istilah teknis yang spesifik. Makanya, melihat definisi lengkap dan sinonim (atau pakai thesaurus) sering memberi pencerahan lebih banyak.
Intinya:
-
Coba pakai kamus Inggris–Inggris untuk kata-kata kunci.
-
Periksa sinonim dan contoh penggunaan.
-
Baca konteks paragraf — jangan cuma terpaku pada satu kata.
-
Catat kata baru dan artinya dalam konteks, bukan hanya terjemahan literal.
Dengan cara ini, perlahan kamu akan lebih paham isi bacaan dan kosakatamu akan berkembang — bukan sekadar menghafal arti kata. Mau saya ubah versi ini jadi lebih pendek untuk intro blog atau versi yang cocok untuk pembaca pemula?
0 Komentar